Senin, 11 Maret 2013

bikin makalah yuk

gua sibuk banget nihh bikin makalah ini itu, tapi kadang gua juga sering lupa gimana aturan bikin makalah. gua pun berinisiatif buat menyusun ini niih. supaya membantu para pembuat makalah. se moga bermanfaat yaa.
pertama, bikin judul aja dulu

Kedua, susunlah pola pikir.

Ketiga, pelajari hal-hal baku yang harus dilakukan, antara lain:
  • Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau sesuai dengan EYD,
  • Susunlah kalimat dengan aturan S-P-O-K yang bertujuan agar lebih mudah dipahami,
  • Uraikan semua kalimat makalah secara singkat, padat, serta jelas.
Adapun struktur penulisan makalah adalah sebagai berikut.
1) Lembar Judul atau Jilid, terdiri atas;
  • Judul makalah
  • Nama dan Nim
  • Nama dan Tempat Perguruan Tinggi
  • Tahun
2) Lembar Pengesahan
3) Kata Pengantar
4) Daftar Isi
5) Daftar Gambar
6) Daftar Tabel

Tubuh Makalah
A) Pendahuluan yang terbagi menjadi 3 Sub Bab
  • Latar belakang
  • Ruang lingkup
  • Maksud dan tujuan penulisan
B) Pembahasan
C) Penutup
  • Kesimpulan
  • Saran
D) Daftar Pustaka
E) Lampiran

Format Ukuran Kertas dan Sampul Pembuatan Makalah
Gunakan kertas ukuran A4 dengan gramatur 80 gram. Lalu, beri sampul dengan kertas tebal sejenis kertas Buffalo berwarna kuning. Saat pengetikan gunakan huruf atau font Arial, ukuran huruf 12 pts, atur spasi: 1,5, pergunakan margin atas 4 cm - kiri: 4 cm - Bawah: 3 cm - kanan : 3 cm.

Umumnya makalah memiliki jumlah minimal 10 halaman tidak termasuk halaman judul, lampiran, serta daftar pustaka. Jangan lupa nomor halaman yang diletakkan pada kanan atas makalah. Penggunaan angka Romawi semisal; angka i, ii, iii, dst. adalah untuk Kata Pengantar hingga sebelum Bab Pendahuluan. Sedangkan angka 1, 2, dst. dipergunakan mulai dari Pendahuluan sampai dengan akhir makalah.

  semoga ini bermanfaat deehhh hehe

Sabtu, 09 Maret 2013

Fattaya Strawberry-prolog

karya riske kharisma putri

Prolog
            Matahari menyemburat kan sinarnya di ufuk barat. Menunjukkan  sudah menginjak waktu petang. Semilir angin terus berhembus membelai setiap makhluk disekitarnya. Matahari tampaknya sudah sangat lelah menjalankan tugasnya hari ini. Jadi, waktunya untuk segera bersembunyi dari segala mata yang melihatnya.
 sebuah taman yang disediakan di komplek perumahan permai indah sudah hampir semuanya tak terkena sinar matahari yang hanya menyembulkan sedikit tubuhnya.
Setiap sore selalu terlihat ramai di taman komplek permai indah. Anak-anaklah yang selalu memenuhi taman yang hijau ini. Komplek yang hampir semuanya di penuhi oleh rumah-rumah mewah.
Ada yang main karet, ada anak-anak yang sedang bergantian main perosotan, ada juga yang main ayunan dan salah satunya yang mendorong, ada juga yang main pasir di kolam pasir, ada juga yang main jungkat-jungkit.
Maklum, taman ini memang lumayan besar dan nyaman bagi anak-anak, karena banyak tempat yang bisa dimainkan.
Tampak seorang gadis kecil berlari-lari di atas kolam pasir. Felicia Mazaya namanya. Ia sering dipanggil Feya. Ia pun menginjak salah satu istana pasir buatan anak lain.
“Ih kamu ini nakal! Dasar!”Sahut anak lain. Dan seorang anak perempuan yang lain datang, dan melihat kearah istana pasir yang sudah hancur berantakan. Gadis ini pun menangis.
 “Ini kan punya aku. Kok ancur?”Tanyanya seraya menangis.
“Huuu dasar! Gara-gara kamu sih. Jadi hancur kan.”Sahut anak yang lain.
“Kok, kamu dari kemarin selalu buat orang menagis?! kamu jahat! Kemarin boneka Barbie aku kepalanya copot gara-gara kamu. Aku ngak  mau temenan sama kamu lagi.”Sahut  seorang anak perempuan lainnya.
“Iya aku juga.”Sahut yang lain bersamaan seraya mengajak gadis kecil yang istana pasirnya di hancurkan secara tidak sengaja oleh Feya tadi.
“Tapi, aku bener-bener ngak sengaja.”Sahut Feya lirih.  Ia menekuk kepalanya. Semua orang yang sejak awal bersamanya sudah meninggalkannya. Sudah menjelang magrib, semua anak sudah hampir meninggalkan taman itu.
Mata feya  seperti ingin mengeluarkan buliran – buliran bening yang tak tertahankan. Dan lama-kelamaan air matanya telah bergulir. Suaranya hampir serak karena terus menangis. Hanya seorang anak laki-laki yang sedang asik dengan perosotannya. Ia merosot dari atas sampai ke bawah, kemudian naik lagi keatas  melalui tangga perosotan  secara berulang-ulang.
Feya tidak menyadari akan anak lelaki itu. Feya hanya terus menangis meratapi  kesedihannya. Kemudian anak lelaki itu pun menyadari akan tangisan seseorang, ia pun berlari menuju ke asal sumber suara. Ditatapnya seorang gadis kecil yang tengah terisak-isak menagis seraya jongkok dan membenamkan kepalanya di lututnya.
“Kamu kenapa menangis?”Tanyanya kepada Feya. Feya mengangkat kepalanya, dan matanya yang masih digenangi air dapat melihat sesosok anak lelaki yang tengah menatapnya.
“Ngak ada yang mau temenan sama aku lagi. Aku di bilang jahat.”Ujar Feya lirih.
“Kamu jangan sedih, aku mau kok jadi temen kamu.”Ujar anak laki-laki ini.
“Beneran? Tapi kan kata temen-temen aku jahat.”Ujar Feya lagi.
“Kata mama aku, orang jahat itu ngak akan nangis. Nah, kan kamu nangis jadi kamu orang baik, dan aku mau temenan sama kamu. Udah jangan nangis lagi. Kata mama kalau mau cantik atau ganteng ngak boleh nangis.”tutur  anak lelaki ini. Feya mengangguk seraya tersenyum, ia pun mulai menahan tangisnya.
”Nama kamu siapa?’tanya anak lelaki ini lagi.
 “Feya” Ujar Feya singkat.
“Aku Atta, Feya.”Sahut anak lelaki ini lagi. Mereka pun berjabat tangan.Tiba-tiba seorang wanita bertubuh gemuk mendekat.
“Non, mbok ini nyariin non. Ternyata disini. Ayo pulang non. Dah magrib.” Ujar wanita ini sopan.
“Atta, aku pulang dulu ya. Besok kita main lagi.”Ujar Feya.
“Non Feya pulang dulu ya den..”Sahut Mbok Minah. Atta mengangguk, dan membiarkan Feya dan Mbok Minah meninggalkannya sendirian.
 Beberapa bulan kemudian..
            Hari-hari pun berlalu dengan cepat. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, sampai satu tahun. Feya dan Atta terus menghabiskan waktu berdua. Mereka satu sekolah pula. Sekolah Dasar Nusantara. Mereka selalu bersama, terkadang Feya main ke rumah Atta terkadang pula Atta yang main kerumah Feya.
Ternyata rumah Atta sangat sepi. Tak ada kedua orang tuanya. Mereka ada di London, di rumah hanya ada pengurus rumah dan juga tukang kebun yang hampir setiap hari kerjanya pacaran melulu.
Hari ini, Feya lesu. Di sekolah terasa sepi tanpa Atta. Entah mengapa ia tidak masuk sekolah hari ini. Tapi sepertinya ibu wali kelas tahu sesuatu tentanng Atta. Tapi ia tak banyak berkomentar ketika membaca surat pernyataan dari orang tua Atta. Entah ia sakit, ntah ia kenapa, tak ada anak yang tahu.
Feya  pulang sekolah. Ia pun mulai berbaring di shofa depan televisi. Mbok minah tergesa-gesa.
 “Non, ayo kita ke rumah sakit.” Ujar Mbok Minah seraya menarik tangan Feya. Feya bingung .
 “Memangnya kenapa mbok?” Tanya Feya keheranan.
Mbok minah menangis dan masih menarik tangan Feya, dan menyuruhnya masuk ke mobil. Pak Tio tampak cemas, “Hati-hati saja nak Tio.”Ucap Mbok Minah. Feya pun jadi merasa ada sesuatu yang perlu di khawatirkan olehnya, kenapa kedua orang dewasa ini malah membuatnya jadi cemas juga.
Sesampainya di sebuah rumah sakit, Mbok Minah , Pak Tio berlari menghambur dari pintu mobil seraya menggandeng erat tangan Feya. Setelah masuk, dan menelusuri selasar ruangan, dari jauh Feya dapat melihat, Tante Zhi, dan Om Haris sudah berada di sana.
 Om Haris. Dady pernah  bilang, Om Haris adalah orang yang merupakan pengurus harta mom dan dady.
Hati Feya bergetar kuat, dia langsung cemas. Feya mendekati Tante Zhi.”Tante.. kenapa semua orang bikin Feya cemas?” Tanya Feya.
Tante Zhi mengedipkan kedua matanya agak lama, sehingga butiran bening yang tertahan di matanya itu mengalir perlahan membasahi pipinya. Terdengar isak tangis dari Tante Zhi.
”Mom..dan dad…”Baru sepotong kata terucap dari bibirnya Tante Zhi.
 DEG.
 Jantung Feya langsung berdetak makin cepat dari biasanya.
 “ Mom! Dad! Mana mereka?” Feya menjerit menangis ia langsung mencoba lari menuju pintu ruang UGD di hadapannya.
Tante zhi menarik tangannya kuat-kuat, kemudian mendekapnya, sehingga tidak bisa lari kemana-mana lagi. Feya mulai tenang di pelukan Tante Zhi,  namun masih ada sisa isak tangis Feya. Feya terus menatap pintu UGD itu, ia yakin Mom dan Dady ada di dalamnya. Berjuanglah Mom! Berjuanglah Dad! Kita kan pasti akan berlibur bersama kan?!
Dokter dan perawat keluar dari pintu ruangan itu, tapi mereka hanya menggeleng-gelengkan kepala. Mereka gagal. Feya langsung lari masuk ia menggoyang-goyangkan tubuh Mom dan Dady .
 “ Bangun! Cepat bangun! Kenapa Cuma diam?! Bangun!”Tangis Feya dan semua orang hanya meratapi dan mencoba memeluknya. Namun, tetap saja Feya terus menjerit.
Feya tidak punya ayah dan ibu lagi. Hidupnya terasa sepi, ditambah lagi Atta masih tidak masuk sekolah. Feya masih bertanya-tanya dalam hatinya. Ia pun sepulang sekolah mampir dulu ke rumah Atta. Hanya ada Bibi Juminten yang sedang menyapu terasa rumah.
“Bibi. Atta dimana? Kok ngak sekolah?”Tanya Feya.
“Lho Non Feya ndak tahu ya? Kan Den Atta sudah pindah ke London?”Sahut Bibi centil ini.
“London?”Feya mendelik . Ia ingat dengan moment dirinya bersama Mom dan Dad yang berpamitan untuk ke London. Namun, mereka bohong. Mereka pergi tidak pulang-pulang.
Mata Feya menerawang, moment bersama Atta terbayang dengan sangat jelas.
“Atta janji kan bakal nemenin Feya selalu.”Ujar Feya seraya menatap teman dekatnya ini dengan lirih.
“Iya. Kita bakal bersama-sama sampai tua. Selama-lamanya. Kalau perlu kayak Mama dan Papa, setia sampai mati. Karena saling menyayangi.”Sahut Atta.
“Iya benar. Kan aku sayang sama Atta.”Sahut Feya kemudian.
“Iya. Aku juga sayang sama Feya.”Sahut Atta juga. Seraya menyodorkan  jari kelingkingnya. Lalu kedua kelingking kecil ini pun saling  berpelukan.
Mana janji Atta?? Atta jahat! Atta juga mau ninggalin Feya . Kayak Mom sama Dad. Feya benci Atta! Feya benci! Kenapa ngak pamit sama Feya dulu?! Kenapa ? apa Atta juga bakal ngak pulang lagi?kayak Mom dan Dad??! Feya benci Atta! benci banget!
•••
kalau ada yang minta lanjutin,gua bakal new entry deh janji! :)

stay with me I


Bukan karena aku ingin berbohong padamu. Tapi aku juga tidak mengerti rasa ini, getaran ini, perih ini, air mata ini. Oh mungkin ini rasa cinta, atau Cuma ada dalam pikiranku saja. Dada ini serasa seperti ada yang tersangkut. Terkadang tak terasa sakitnya, tapi terkadang juga membuatku tak bisa bernafas, seperti ingin mati. Ingin rasanya kucurahkan padamu, tapi aku tahu kau juga punya rasa yang sama padanya. Ingi rasanya aku cerita pada Dr. Wely tapi aku tahu ia juga pasti bingung untuk me nguatkan hatiku. Dimana ia selalu berada di tengah antara aku dan kau, gugu.
Begini ya rasanya, sakit sekali. Aku ingin membuang rasa ini. Benar-benar rasa yang sangat salah jika aku mempertahankannya. Aku tidak mau kau terluka. Sepertinya kau tahu, jika aku masih menyimpan rasa ini. Dan kau tahu kalau aku juga bingung dengan rasa ini.
Aku tahu dia hanya tetanggaku, hati ini mungkin tidak akan pernah sampai padanya. Siapa aku,siapa dia, siapa kamu. Itu penting saat ini. Mungkin terkadang orang –orang sering bilang siapa kamu,siapa dia itu tidak penting, yang penting hanyalah urusan hati. Namun, pada akhirnya siapa dan siapalah yang akan mengantarkan hati setiap insan.
Lagi-lagi hati ini sesak,tidak bisa bernafas, bukan, bukan tidak bisa bernafas, hanya sulit saja layaknya seseoranng tuna rungu yang ingin mengatakan perasaannya. Aku buka Princess Ariel yang mengorbankan suaranya hanya untuk mendaptkan sepasang kaki. Aku hanya manusia tuhan yang kehilangan suaranya untuk cinta yang fana. Maafkanlah hambamu ini ya Rabb.
Mungkin kamu akan marah kalau tahu aku tidak bisa membuang rasa ini, tapi mau bagaimana aku juga tidak tahu bagaimana membuang rasa ini. Aku ingin menghilang saja, atau mungkin aku harus melarikan diri ke tempat Donald bebek ke “Timbuktu” seperti seorang pengecut memang, tapi ku lakukan karena aku kebingungan. Maaf Gugu.
Juan.Mungkin sekitar lima tahun  yang lalu, aku bertemu pertama kalinya dengannya. Indah rasanya manis. Bukan karena aku sudah suka denganmu, melainkan aku bisa melihatmu pertama kalinya. Kau masih sangat keanakan dengan mainan playstationmu itu. Aku ingat itu, itu hari idul fitri. Aku sedari awal memang sudah memperhatikanmu seraya ibuku dan ibumu bercerita dan bergurau. Yang paling aku tidak lupa bagaimana kau memberikan minuman dingin itu untukku yangn memberikan kelegaan dahaga di tenggorokkan dan mendinginkan hati. Cukup. Aku cukup untuk mengenangmu Juan. Tidak mengharap lebih dari itu.
Aku dan gugu sudah berteman sejak kami SMP. Selama ini kami selalu tahu kalau kami memiliki orang yang disuka. Tapi tidak pernah tau siapa orang itu. Namun, ketika kami menginjak bangku SMA, kami mulai tahu kalau orang yang kami kagumi adalah satu orangn yaitu kau, Juan. Kau yang sudah mengambil hati kami. Dua manusia yang lahir di bulan mei hanya dengan selang satu hari. Kau yang membuat kami harus saling berprasangka. Kau yang telah membuat gugu temanku tergila-gila padamu, kau juga yang telah mengiris hatiku ini perlahan –lahan dan terus terkikis. Mungkin sebentar lagi hatiku ini habis. Dan aku akan menjadi seseorang tanpa hati lagi.
Cara ku dan caramu bagaimana bertemu itu sangat berbeda, tapi hati kami adalah sama untukmu, untuk kau kikis atau kau jaga dan disimpan rapi di hatimu juga. Atau mungkin akan lebih baik jika kau membunuh seketika saja kami ini. Agar tak begitu terasa sakit. Daripada kau kikis hati ini, perlahan namun sangatb menyakitkan, Juan.
Bersambung...